BALI, BALI POST - Meski faktor usia terbanyak dari penderita HIV/AIDS berada pada rentang usia 29-39 tahun, namun tercatat juga usia yang masuk dalam usia remaja. Yang mengejutkan sekaligus mengkhawatirkan, selain menderita HIV/AIDS karena ditularkan oleh orangtua yang positif HIV, ternyata ada kasus remaja yang terkena HIV akibat hubungan seks dini. Koordinator Pokja Humas dan Pencegahan KPA Provinsi Bali, Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro., menyatakan, kasus HIV/AIDS terbanyak mengenai usia 20-40 tahun dengan persentase 75-80 persen. ”Kalau dilihat dari total kasus HIV/AIDS, pasien yang terinfeksi saat remaja (usia 12-24 tahun) sekitar 50 persen,” ujarnya Rabu (24/7) kemarin.
Begitu rentannya remaja terhadap hal negatif dalam hal ini seks dini yang berimbas pada penyakit HIV maupun IMS (infeksi menular seksual), menurut Mangku Karmaya, disebabkan saat masa remaja terjadi pertumbuhan fisik. ”Pada masa remaja, hormonitas pencetus libido sedang bekerja kuat, ditambah lagi dengan psikologis remaja selalu ingin tahu,” ujar Karmaya.
Kedua gabungan ini jika tidak diarahkan dengan baik ditambah ketidaktahuan remaja untuk melampiaskan hormonnya, membuat emosinya menjadi labil, gampang tertipu dan terpengaruh gaya pergaulan anak-anak seusianya yang menyimpang. Banyak faktor yang memengaruhi gaya hidup remaja menjadi gaya hidup bebas seperti saat ini. Di antaranya masalah lingkungan, entertainment, sampai hubungan keluarga yang kurang perhatian. ”Perubahan global dan kemajuan IT yang terjadi saat ini tidak diiringi dengan kesiapan mental dan pengetahuan sehingga banyak remaja yang gelagapan,” ujar Karmaya.
Bahkan, kebutuhan akan uang untuk membeli barang-barang entertainment seperti HP model terbaru, menjebak remaja untuk melakukan tindakan yang salah. Dengan bermunculannya kasus remaja yang terinfeksi HIV maupun penyakit IMS, perlu diambil langkah untuk melindungi mereka. Upaya-upaya seperti pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi harus dilakukan dari hulu hingga hilir. ”Untuk hulu, kami melakukan upaya pencegahan bagi remaja melalui edukasi, penyuluhan, komunikasi dan pendidikan. Sementara untuk hilir, selain pencegahan juga melakukan pengobatan dan rehabilitasi bagi remaja yang telanjur terinfeksi penyakit baik itu HIV maupun IMS,” jelas Karmaya.
Berdasarkan data, di Bali kasus HIV/AIDS usia 15-19 tahun tercatat 150 orang dan usia 20-29 tahun tercatat 3.009 dari total 7.551 kasus. Menurut Kepala VCT Merpati RS Wangaya, Dr. dr. Ketut Suryana, Sp.P.D. (KAI), ada dua kasus remaja yang ditangani di VCT Merpati RS Wangaya yang memiliki latar belakang tertular HIV akibat hubungan seks dini. ”Mereka diketahui tertular HIV saat usianya 15 tahun. Kalau dilihat dari masa inkubasi virus, diperkirakan sudah melakukan hubungan seks dini saat usianya 12 tahun,” ujar Suryana.
Kasus remaja tertular HIV dan dirawat di VCT Merpati, lanjut Suryana, diketahui ketika pasien remaja ini dirawat di RS akibat diare dan demam yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, pasien juga menderita TBC. Biasanya dengan gejala ini, petugas medis akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. (kmb24)
Source: http://www.halobali.net/25550 @haloBali
Begitu rentannya remaja terhadap hal negatif dalam hal ini seks dini yang berimbas pada penyakit HIV maupun IMS (infeksi menular seksual), menurut Mangku Karmaya, disebabkan saat masa remaja terjadi pertumbuhan fisik. ”Pada masa remaja, hormonitas pencetus libido sedang bekerja kuat, ditambah lagi dengan psikologis remaja selalu ingin tahu,” ujar Karmaya.
Kedua gabungan ini jika tidak diarahkan dengan baik ditambah ketidaktahuan remaja untuk melampiaskan hormonnya, membuat emosinya menjadi labil, gampang tertipu dan terpengaruh gaya pergaulan anak-anak seusianya yang menyimpang. Banyak faktor yang memengaruhi gaya hidup remaja menjadi gaya hidup bebas seperti saat ini. Di antaranya masalah lingkungan, entertainment, sampai hubungan keluarga yang kurang perhatian. ”Perubahan global dan kemajuan IT yang terjadi saat ini tidak diiringi dengan kesiapan mental dan pengetahuan sehingga banyak remaja yang gelagapan,” ujar Karmaya.
Bahkan, kebutuhan akan uang untuk membeli barang-barang entertainment seperti HP model terbaru, menjebak remaja untuk melakukan tindakan yang salah. Dengan bermunculannya kasus remaja yang terinfeksi HIV maupun penyakit IMS, perlu diambil langkah untuk melindungi mereka. Upaya-upaya seperti pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi harus dilakukan dari hulu hingga hilir. ”Untuk hulu, kami melakukan upaya pencegahan bagi remaja melalui edukasi, penyuluhan, komunikasi dan pendidikan. Sementara untuk hilir, selain pencegahan juga melakukan pengobatan dan rehabilitasi bagi remaja yang telanjur terinfeksi penyakit baik itu HIV maupun IMS,” jelas Karmaya.
Berdasarkan data, di Bali kasus HIV/AIDS usia 15-19 tahun tercatat 150 orang dan usia 20-29 tahun tercatat 3.009 dari total 7.551 kasus. Menurut Kepala VCT Merpati RS Wangaya, Dr. dr. Ketut Suryana, Sp.P.D. (KAI), ada dua kasus remaja yang ditangani di VCT Merpati RS Wangaya yang memiliki latar belakang tertular HIV akibat hubungan seks dini. ”Mereka diketahui tertular HIV saat usianya 15 tahun. Kalau dilihat dari masa inkubasi virus, diperkirakan sudah melakukan hubungan seks dini saat usianya 12 tahun,” ujar Suryana.
Kasus remaja tertular HIV dan dirawat di VCT Merpati, lanjut Suryana, diketahui ketika pasien remaja ini dirawat di RS akibat diare dan demam yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, pasien juga menderita TBC. Biasanya dengan gejala ini, petugas medis akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. (kmb24)
Source: http://www.halobali.net/25550 @haloBali